KONSEP DASAR AKUNTANSI

Definisi akuntansi menurut American Institute of Certified Public Accountants (AICPA):

Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa, yang berfungsi menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan  dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dalam memmilih alternatif-alternatif dari suatu keadaan.

Agar fungsi akuntansi dapat tercapai, yaitu menyediakan data yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan, disusun prinsip akuntansi. Penyusunann prinsip akuntansi didasarkan pada asumsi-asumsi dan konsep-konsep dasar.  Prinsip akuntansi yang berlaku biasanya dapat diterapkan melalui berbagai metode dan prosedur.

TUJUAN LAPORAN KEUANGAN
Dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1, dinyatakan bahwa pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yang:
  • Berguna bagi investor dan kreditor dan pemakai lain yang potensial, dalam membuat keputusan untuk investasi, pemberian kredit dan keputusan lain.
  • Dapat membantu investor dan kreditor dan pemakai lain yang potensial untuk menaksir jumlah, waktu dan ketidakpastian dari penerimaan uang di masa yang akan datang yang berasal dari deviden atau bunga dan penerimaan uang dari hasil penjualan, pelunasan atau jatuh temponya surat-surat berharga atau pinjaman-pinjaman.
  • Menunjukkan sumber-sumber ekonomi dari suatu perusahaan, klaim atas sumber-sumber tersebut (kewajiban perusahaan untuk mentransfer sumber-sumber ke perusahaan lain dan ke pemilik perusahaan), dan pengaruh dari transaksi-transaksi, kejadian-kejadian dan keadaan-keadaan yang mempengaruhi sumber-sumber dan klaim atas sumber tersebut.
Ketiga karakteristik informasi diatas merupakan pedoman bagi penyusunan pelaporan keuangan untuk suatu badan usaha. Tujuan laporan keuangan menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (IAI, 1994) adalah:
Tujuannya laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Dalam konsep Statement Nomor 1, FASB menggunakan istilah pelaporan keuangan, sedangkan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan IAI dipakai istilah laporan keuangan. Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan laporan arus kas, namun pada pelaporan keuangan termasuk juga prospektus peramalan oleh manajemen dan berbagai pengungkapan informasi lainnya. Sehingga pelaporan mempunyai pengertian yang lebih luas dari laporan keuangan.
FASB dalam tahun 1980 menerbitkan SFAC Nomor 2 yang menunjukkan hierarki kualitas informasi akuntansi.  Menurut FASB, kriteria utama informasi akuntasi adalah harus berguna bagi pemgambilan keputusan. Agar dapat berguna, informasi harus mempunyai dua sifat utama relevan dan realibility (dapat dipercaya). Agar informasi relevan, ada tiga sifat yang harus dipenuhi, yaitu mempunyai nilai prediksi, mempunyai nilai umpan balik (feedback value) dan tepat waktu. Informasi yang dapat dipercaya mempunyai tiga sifat yaitu: dapat diperiksa (verifiability), netral dan menyajikan yang seharusnya. Selain dua sifat utama, relevan dan reliabel, informasi akuntansi juga mempunyai dua sifat sekunder dan interaktif yaitu: dapat dibandingkan dan konsisten.
Hierarki sifat informasi tersebut diukur dalam dua batasan, yaitu: manfaatnya harus lebih besar dari biaya, dan sifat-sifat tersebut hanya diperlakukan pada informasi yang jumlahnya cukup berarti (material).

KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN MENURUT IAI
Karakeristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan dan dapat diperbandingkan.
  • Dapat dipahami
Informasi yang berkualitas adalah informasi yang dengan mudah dan segera dapat dipahami oleh pemakainya.
  • Relevan
Informasi mempunyai kualitas relevan bila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai, yaitu dengan cara dapat berguna untuk mngevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka pada masa lalu. Relevansi informasi bermanfaat dalam peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory), dimana keduanya berkaitan. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Informasi dianggap material kalau kelalain untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil berdasarkan laporan keuangan.
  • Keandalan
Informasi mempunyai kualitas handal (realibility) jika bebas dari pengertian menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Keandalan infromasi dipengaruhi oleh: penyajian jujur, substansi mengungguli bentuk, netraliras, pertimbangan sehat dan kelengkapan.
  • Dapat diperbandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antarperiode untuk mnegidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antarperusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian transaksi yang sama harus dilakukan secara konsisten.

ASUMSI DAN KONSEP DASAR
Dalam menyusun prinsip akuntansi, digunakan asumsi-asumsi dan konsep-konsep dasar tertentu. Asumsi dasar merupakan aspek dari lingkungan dimana akuntansi itu dilaksanakan. Sedangkan konsep-konsep dasar merupakan pedoman dalam menyusun prinsip akuntansi.

Asumsi Dasar
Asumsi-asumsi dasar dasar yang mendasari struktu akuntansi, yaitu:
  • Kesatuan usaha khsusus (separate entity/economic entity)
Dalam konsep ini, perusahaan dipandang sebagai suatu unit usaha yang berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya. Untuk tujuan akuntansi, perusahaan dipisahkan dari pemegang saham atau pemilik. Maka transaksi-transaksi perusahaan dipisahkan dari transaksi-transaksi pemilik, oleh karenanya maka semua pencatatan dan laporan dibuat untuk perusahaan.
  • Kontinuitas usaha (going concern/continuity)
Konsep ini menganggap bahwa suatu perusahaan akan hidup terus (survive), dalam arti diharapkan tidak akan terjadi likuidasi di masa akan datang. Penekanan dari konsep ini adalah terhadap anggapan bahwa akan tersedia cukup waktu bagi suatu perusahaan untuk menyelesaikan usaha, kontrak-kontrak dan perjanjian-perjanjian. Oleh karena itu dibuat berbagai metode penilaian dan pengalokasian dalam akuntansi yang didasarkan pada konsep ini. Sebagai contoh, prosedur amortisasi dan depresiasi. Jika tidak terdapat bukti yang cukup jelas bahwa suatu perusahaan itu akan berhenti usahanya maka kesatuan usaha itu harus dipandang akan hidup terus. Tetapi apabila terdapat bukti yang jelas bahwa suatu perusahaan itu umurnya terbatas, misalnya dalam hal joint venture, maka anggapan kontinuitas usaha ini tidak lagi digunakan.
  • Penggunaan unit moneter dalam pencatatan (monetery unit/unit of measure)
Beberapa transaksi yang terjadi dalam perusahaan dapat dicatat dengan menggunakan ukuran unit fisik atau waktu, tetapi karena tidak semua transaksi itu bisa menggunakan ukuran fisik dan unit yang sama, sehingga akan menimbulkan kesulitan dalam pencatatan dan penyusunan laporan keuangan. Untuk mengatasi masalah ini maka seua transaksi-transaksi yang terjadi  akan dinyatakan di dalam catatan dalm bentuk unit moneter pada saat terjadinya transaksi dengan unit moneter yang digunakan adalah mata uang asing dari negara dimana perusahaan itu berdiri.
Pencatatan transaksi dengan menggunakan ukuran mata uang pada saat terjadinya suatu transaksi disebut pencatatan yang didasarkan pada biaya historis. Dasar ini digunakan dengan suatu anggapan bahwa daya beli unit moneter yang dipakai adalah stabil dan perubahan-perubahan  daya beli yang terjadi tidak akan menyebabkan penyesuaian-penyesuaian. Tetapi jika terjadi perubahan daya beli yang mencolok (inflasi) maka laporan keuangan yang disusun dengan dasar biaya historis akan memberikan gambaran yang tidak sesuai dengan keadaan, dengan demikian kegunaannya akan berkurang.
  • Periode waktu (time period/periodicity)
Kegiatan perusahaan berjalan terus dari periode satu ke periode berikutnya dengan volume dan laba yang berbeda. Masalah yang timbul adalah pengakuan dan pengalokasian ke dalam periode-periode tertentu dimana dibuat laporan keuangan. Laporan keuangan harus dibuat tepat pada waktunya, agar berguna bagi manajemen dan kreditor. Oleh karena itu perlu dilakukan alokasi ke periode-periode untuk transaksi-transaksi yang mempengaruhi beberapa periode. Alokasi-alokasi ini dilakukan dengan taksiran-taksiran.
Selisih  antara jumlah yang ditaksir dengan yang sesungguhnya jika tidak cukup berarti, maka akan diserap pada periode berikutnya. Tetapi jika selisih itu jumlahnya cukup berarti sehingga akan menyesatkan laporan keuangan periode beriutnya, maka akan dilakukan penyesuaian terhadap laporan keuangan periode itu.
IAI (2002) menyatakan bahwa asumsi dasar dalam pencapaian tujuan laporan keuangan adalah dasar akrual dan kelangsungan usaha. Dasar akrual adalah pencatatan transaksi pada saat terjadinya dan dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan, bukan pada saat kas diterima atau dikeluarkan (cash basis).

Konsep Dasar
Konsep (prinsip) dasar yang mendasari penyusunan standar akuntansi adalah:
  • Prinsip biaya historis
Prinsip ini menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat aktiva, utang, modal dan biaya. Yang dimaksud dengan harga perolehan adalah harga pertukaran yang disetujui oleh kedua belah pihak dalam transaksi. Karena biaya historis didsarkan pada harga pertukaran antara pihak-pihak bebas, trdapat kesulitan untuk menentukan besarnya harga perolehan jika syarat tersebut tidak terpenuhi, contohnya penerimaan hadiah, dimana tidak ada harga pertukaran, pembelian barang lebig dari satu macam dengan satu harga, pertukaran aktiva dengan aktiva atau saham.
Walaupun terdapat kesulitan-kesulitan , namun sampai saat ini prinsip biaya historis tetap masih berlaku karena data biaya historis ini dianggap yang paling obyektif dana dapat diperiksa kebenarannya. Objectivity dan verifiability menjadi dasar utama untuk penggunaa prinsip biaya historis. Jika harga perolehan sudah ditentukan maka tidak akan adap perubahan karena perubahan nilai rupiah. Dengan kata lain prinsip biaya historis erat kaitannya dengan asumsi bahwa unit moneter yang digunakan (rupiah) nilainya stabil. Kenyataannya, nilai rupiah selalu menurun setiap periode (inflasi). Hal tersebut yang sering menimbulkan kritik terhadap penggunaan biaya historis, dan pengusulan untuk menggunakan prinsip lain yang memperhitungkan adanya perubahan nilai mata uang seperti price-level adjustment and current cost (value) accounting.
  • Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle)
Istilah pendapatan dalam prinsip ini tidak hanya pada pendapatan jumlah kas dari transaksi penjualan, namun termasuk juga pendapatan bunga, sewa, laba penjualan aktiva an lain-lain. Biasanya pendapatan diakui pada saat terjadinya penjualan barang atau jasa, yaitu pada saat kepastian mengenai besarnya pendapatan dapat diterima. Namun ketentuan ini tidak selalu dapat diterapkan sehingga timbul ketentuan-ketentuan lain mengenai saat untuk mengakui pendapatan. Pengecualian-pengecualian itu adalah pengakuan pendapatan pada saat produksi selesai, selama masa produksi dan pasa saat kas diterima.
Pengakuan pendapatan pada saat produksi selesai dapat digunakan dalam penambangan logam mulia seperti emas dan perak. Barang tersebut mempunyai pasar yang pasti dengan harga yang pasti. Karena adanya kepastian besarnya pendapatan walaupun belum terjadi penjualan, pendapatan dapat diakui pada saat produksi selesai.
Pengakuan pendapatan selama masa produksi terjadi dalam kontrak pembangunan jangka panjang. Disini pendapatan diakui berdasarkan presentase penyelesaian dalam pekerjaan pembangunan walaupun belum terjadi serah terima. Sehingga, pendapatan dapat diakui dalam periode-periode dimana pekerjaan pembangunan dikerjakan, dan tidak harus menunggu sampai seluruh pekerjaan selesai dan dilakukan serah terima.
Pengakuan pendapatan pada saat penerimaan uang dapat terjadi dalam penjualan angsuran. Dalam transaksi penjualan seperti ini, kepastian tentang penerimaan seluruh harga jual adalah kecil karena lamanya waktu angsuran. Oleh karena kecilnya kepastian, maka pendapatan diakui sebesar jumlah yang sudah diterima.
  • Prinsip mempertemukan (Matching Principle)
Maksudnya adalah mempertemukan biaya dengan pendapatan yang timbul karena biaya tersebut. Prinsip ini berguna untuk menentukan besarnya penghasilan bersih setiap periode. Karena biaya harus dipertemukan dengan pendapatannya, maka pembebanan biaya saat tergantung pada saat pengakuan pendapata. Jika pengakuan pendapatan ditunda, maka pembebanan biaya juga akan ditunda sampai saat diakuinya pendapatan.
Penerapan prinsip ini juga menghadapi beberapa kesulitan, misalnya biaya-biaya yang tidak mempunyai hubungan yang jelas dengan pendapatannya. Contoh: biaya administrasi dan umum tidak dapat dihubungkan langsung dengan pendapatan perusahaan. Hal ini diatasi dengan cara membebankan biaya tersebut ke periode terjadinya, biaya-biaya ini disebut period costs. Kesulitan lain seperti dalam hal biaya yang mempunyai manfaat untuk beberapa periode. Biaya ini ditunda pembebanannya karena mempunyai fungsi menimbulkan pendapatan. Masalahnya adalah alokasi setiap periode. Dasar alokasi yang digunakan dalam metode depresiasi dan amortisasi, hampir semuanya berdasarkan taksiran-taksiran yang tidak jelas hubungannya dengan pendapatan. Akibat dari prinsip ini adalah digunakannya dasar waktu (accrual basis) dalam pembebanan biaya. Dalam prakteknya digunakan jurnal penyesuaian setiap akhir periode untuk mempertemukan biaya dengan pendapatan.
  • Prinsip konsistensi
Agar laporan keuangan dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, maka metode dan prosedur yang digunakan dalam proses akuntansi harus diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun, sehingga bila terdapat perbedaan antara satu pos dua periode, dapat segera diketahui bahwa perbedaan itu bukan selisih akibat penggunaan metode yang berbeda.
Konsistensi tidak dimaksudkan sebagai larangan penggantian metode, jadi masih dimungkinkan untuk mengadakan perubahan metode yang dipakai. Tetapi jika ada pergantian metode, maka akibat (selisih) yang cukup berarti (material) terhadap laba perusahaan harus dijelaskan dalam laporan keuangan, tergantung dari sifat dan perlakuan terhadap perubahan metode atau prinsip tersebut.
  • Prinsip pengungkapan lengkap (Full Disclosure Principle)
Maksud dari prinsip ini adalah menyajikan informasi yang lengkap dalam laporan keuangan. Biasanya keterangan tambahan atas informasi dalam laporan keuangan dibuat dalam bentuk (a) catatan kaki (footnotes), (b) dalam laporan keuangan biasanya dituliskan dalam kurung dibawah elemen yang bersangkutan atau dengan memaka rekening-rekening tertentu dan (c) sebagai lampiran.

KETERBATASAN LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan yang dihasilkan mempunyai beberapa keterbatasan, yaitu:
  • Cukup berarti (Materiality)
Untuk membuat batasan terhadap istilah cukup berarti, suatu laporan, fakta atau elemen dianggap cukup berarti jika karena adanya dan sifatnya akan mempengaruhi atau menyebabkan timbulnya perbedaan dalam pengambilan keputusan, dengan mempertimbangkan keadaan-keadaan lain yang ada. Jadi apabila laporan, fakta atau elemen tidak mempengaruhi atau menyebabkan timbulnya perbedaan dalam pengambilan keputusan, maka jumlahnya tidak cukup berarti (material).
Pedoman umum yang digunakan untuk menentukan apakah cukup berarti (material) atau tidak, adalah:
Aspek kuantitatif
Bedasarkan pada jumlah absolute, misalnya jumlah rupiah atau berdasarkan pada nilai relatif, misalnya sebagai suatu presentase dari pendapatan bersih, modal dll.
Aspek kualitatif
Mempertimbangkan karakterisik dari lingkungan, karekteristik dari perusahaan seperti besar kecilnya perusahaan, struktur modal, karakteristik dari elemen itu sendiri seperti sifatnya, waktunya, hubungannya dengan pendapatan dan karakteristik dari kebijaksanaan-kebijaksanaan akuntansi yang digunakan.
  • Konservatif
Merupakan sikap yang diambil oleh akuntan dalam menghadapi dua atau lebih alternatif dalam penyusunan laporan keuangan. Apabila tersedia lebih dari satu alternatif maka sikap konsrervatif lebih cenderung memilih alternatif yang tidak akan membuat aktiva dan pendapatannya terlalu besar. Untuk menjaga keamanan dari kreditor, penekanan pada penyusunan laporan keuangan adalah pada jumlah aktiva. Lebih baik aktiva dinyatakan terlalu kecil dibanding dinyatakan terlalu besar.
Disamping memilih jumlah yang rendah jika ada alternatif, sikap konservatif juga mengatur bahwa kenaikan nilai aktiva dan laba  yang diharapkan, tidak boleh dicatat sebelum direalisasikan, dalam arti dijual dan penurunan nilai aktiva dan rugi yang diperkirakan akan timbul harus dicatat walaupun jumlahnya belum dapat ditentukan. Contoh metode yang didasarkan pada sikap konservatif adalah penggunaan harga pokok atau harga pasar yang lebih rendah (lower of cost or market) dan pengakuan rugi dalam kontrak pembelian.
  • Sifat khusus suatu industri
Industri khusus seperti bank, asuransi dan lain-lain sering memerlukan prinsip akuntansi yang berbeda dengan industri lain. Juga karena adanya peraturan pemerintah terhadap industri khusus sehingga mengakibatkan adanya prinsip akuntansi tertentu yang berbeda dengan yang umumnya digunakan.

Source: Intermediate Accounting 8th Edition by Zaki Baridwan

1 comment: